oleh: Azwar Tahir
Reli PKS Sulsel
Kata Gus Baha, dulu para kyai terjun ke medan politik. Bukan apa-apa. Tujuannya sederhana. Memastikan tongkat kepemimpinan dipegang oleh mereka yang pro kebaikan. Uang terlalu murah untuk mereduksi akumulasi perjuangan lapangan para kyai terhormat itu. Motif mereka Lillah, bukan rupiah.
Hari-hari ini, di tepi-tepi jalan kita lihat baliho ramai terpasang. Sebagai orang yang pernah ikut pasang baliho – meski perannya lebih ke penggembira – memasang baliho butuh perjuangan. Maka dari itu, sebagian memilih pasang malam-malam. Kalau sudah sepi. Di balik berdirinya satu baliho, ada paku-paku serta orang yang memaku.
Ada stapler tembak serta orang yang menstapler. Ada lubang buat kaki baliho menancap serta orang yang menggali lubang tutup lubang (jadi ingat lagu ya… “pinjam uang bayar utang). Dan jangan lupakan jasa desainer yang sudah poles foto caleg sedemikian rupa agar wajahnya tampak cerah plus mengatur kontras warna, jenis font, dan lain-lain sebelum dikirim ke percetakan.
Jadi, baliho itu simbol perjuangan. Maka dari itu, berpikirlah dua kali sebelum protes lingkungan Anda dijejali baliho. Biarkan saja. Pemilu sementara, baliho sementara, sticker caleg sementara, kalender 2024 sementara, kartu nama sementara… (lagu Bang Derry? Dunia sementara, akhirat selama-lamanya).
5 menit di TPS menentukan 5 tahun republik yang timnasnya belum tembus piala dunia ini. Mari manfaatkan. Biarkan orang-orang baik duduk di dewan. Berikan kesempatan kepada yang punya rekam jejak pro rakyat, pro perubahan untuk nyetel legislasi dan turunan aturan yang memengaruhi hajat hidup jelata.
Bolehlah kita resap-resapi lagi quote Bertolt Brecht, penyair dan filsuf Jerman soal politik.
“Buta terburuk adalah buta politik. Orang yang buta politik tidak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah,harga obat semuanya bergantung keputusan politik.
Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar, “Aku Benci Politik!”. Sungguh bodoh dia yang tak mengetahui bahwa karena dia tidak mau tahu politik, akibatnya pelacuran, anak terlantar, perampokan dan yang terburuk, korupsi dan perusahaan multinasional yang menguras kekayaan negeri”
Semoga Indonesia berubah. Lebih adil. Lebih sejahtera. Untuk semua. #AMIN aja dulu.